• Blog Stats

    • 1,717 hits
  • Categories

  • Pages

TIDAK ADA YANG GRATIS DALAM KEHIDUPAN INI
Oleh: Hendro Tri Rachmadi

Perhatikanlah, bagaimana saat ini banyak orang-orang mengeluh dengan keluhan yang “berparadoks”. Di satu sisi mereka mengeluh tentang kehidupan mereka yang kian sulit. Namun di sisi lain mereka tidak melakukan banyak hal untuk keluar dari kesulitan tersebut.

Perhatikanlah bagaimana sebagian anak bangsa ini hidup dalam kesulitan, namun masih dengan orang-orang yang sama, mereka terlalu banyak menghibur diri. Persentase waktu yang mereka habiskan untuk bekerja masih lebih sedikit dibandingkan waktu yang mereka gunakan untuk menghibur diri.

Itulah mengapa, stasiun-stasiun televisi menangguk untung berlipat. Karena mereka “menghidangkan” begitu banyak acara hiburan dan sedikit sekali acara yang membuat penontonnya “bekerja”.

Perhatikanlah betapa banyak orang yang membuang waktunya dalam kesia-siaan. Padahal sebuah mimpi, cita-cita, harapan, dan keinginan harus diperoleh dengan kerja keras. TIDAK ADA YANG GRATIS DALAM KEHIDUPAN INI. Dan mungkin begitulah slogan yang tepat untuk membangunkan bangsa yang tertidur lelap.

Anda malas, maka bersiaplah menderita akibat kemalasan anda. Anda bekerja keras, maka Insya Allah, Rahmat Allah SWT bersama anda selama anda ikhlas bekerja dan melakukannya sesuai ketentuan Allah SWT.
Bangsa ini harus bangkit dari kelemahannya. Harus! Dan harus mereka sendiri yang melakukannya. Oleh karena itu, mulailah mematikan televisi manakala yang ditampilkan adalah sinetron yang menggambarkan mimpi-mimpi semu. Mimpi-mimpi yang terlalu ideal tapi seperti sulit dijangkau. Tentang anak manusia yang cantik-cantik dan tampan-tampan, hidup sudah dalam keadaan kaya dan sukses secara materi tapi tidak terlihat unsur perjuangan dalam mendapatkannya. Dan “kerjaan” mereka cuma bicara “cinta” yang sebenarnya cuma “nafsu” sesaat.

Mari selamatkan bangsa ini dengan mulai membuatnya bekerja mewujudkan mimpi. Saat ini keadaan seperti tak mendukung. Lihatlah sepanjang jalan yang anda lewati, mana yang lebih banyak, orang yang duduk-duduk, bercengkerama, santai, diam tak melakukan kegiatan produktif, atau mereka yang sedang bekerja keras mewujudkan mimpi?

Kita harus menyadarkan semua orang bahwa mereka harus bekerja, berkeringat, menguras semua potensi yang ada pada otak dan jasad mereka. Berlelah-lelah dalam konsentrasi dan aktivitas fisik. Semua demi mimpi-mimpi kebahagiaan yang sedang kita bangun.

Jangan ada lagi penganggur-penganggur di bangsa ini. Sebab penganggur bukanlah orang yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Penganggur adalah mereka yang tidak bekerja. Perhatikanlah, betapa antara orang yang memiliki pekerjaan tetap dengan orang yang bekerja bisa sangat berbeda 180 derajat!.

Dan mari mulai dengan diri kita yang membaca tulisan ini. Evaluasilah diri kita. Mana di antara 24 jam ini yang kita habiskan dalam kesia-siaan. Mana waktu-waktu yang produktif. Setelah itu perbaikilah! Dan jadilah lebih produktif!

Pada bagian akhir, jadilah kita bagian dari solusi atas permasalahan bangsa ini. Dan bukannya justru menjadi masalah bangsa ini.
Jadilah kita problem solver bagi bangsa ini. Dan bukannya sekedar menjadi problem speaker yang pada akhirnya hanya menjadi trouble maker bagi bangsa ini, sebagaimana pernah disebutkan seorang ulama shalih, almarhum Ustadz Rahmat Abdullah (semoga Allah meridhai beliau).
Jadi, selesai membaca tulisan ini. Mulailah mengerjakan pekerjaan produktif yang bisa kita lakukan. Dan jangan berhenti sebelum lelah, ada hal lain yang lebih penting atau saat Allah SWT menjemput kita dalam kematian yang diridhai-Nya. Amiiin.

Antibodi Kegagalan; Sukes Bukan Hanya “Bermodal Dengkul”
Oleh: Hendro Tri Rachmadi

Tidak pernah ada sesuatu yang bisa diperoleh hanya “bermodal dengkul”. Setidaknya itulah realita yang paling banyak terjadi.

Kita mungkin banyak menemui buku, tulisan atau training-training yang menggunakan slogan bombastis seperti: “Sukses hanya dengan bermodal dengkul” atau “Menjadi kaya dengan bermodal dengkul”. Hal ini sah-sah saja sebagai penarik para calon customer untuk membeli buku atau mengikuti seminar tersebut.
Namun sangat disayangkan jika efeknya justru hanya membuat orang bermimpi memiliki kesuksesan, tanpa serius berpikir bahwa untuk menjadi sukses “tidak sesederhana itu”.

Seringkali para motivator bisa membuat audience-nya begitu bersemangat untuk menjadi sukses pada saat training sedang berlangsung. Hal ini juga terjadi pada buku-buku motivasi yang banyak dijual di pasaran. Biasanya hal ini dilakukan dengan menceritakan serangkaian “kisah sukses” beberapa orang yang dikatakan berhasil. Dan seperti biasanya pula, para audience/pembaca menjadi begitu terpukau dengan hasil-hasil fantastis yang didapat orang-orang tersebut. Sekali lagi, hal ini sah-sah saja, mengingat memang kita butuh motivasi untuk bergerak, berusaha, dan maju untuk menjadi sukses.

Yang menjadi permasalahan adalah manakala para audience dan pembaca menjadi dibuat “mabuk” dengan keberhasilan dan mimpi, sementara mereka tidak dijelaskan secara proporsional tentang effort yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan kesuksesan tersebut. Sebab dalam realitanya orang-orang sukses harus mengalami serangkaian kegagalan untuk sampai pada posisinya yang sekarang.
Rasa sakit, rasa lelah, nuansa ketidakpastian, cemoohan orang, dikecewakan orang lain, ditipu, tidak mendapat dukungan dari orang-orang terpenting dalam hidup, pendapatan yang naik turun, terbelit hutang, dan masih banyak lagi item-item yang tidak enak yang harus “dirasakan” para pejuang untuk mendapatkan kesuksesan. Jika dijelaskan semua ini, mungkin akan banyak orang yang mulai berpikir ulang untuk “menjadi sukses”.

Sebagai akibatnya, hal-hal tersebut menjadi tidak populer untuk diceritakan. Ia hanya menjadi bagian pemanis -kalau tidak dikatakan sekedar pelengkap- dari training-training motivasi. Dan sebagai ending-nya, para peserta training atau para pembaca buku-buku motivasi, menjadi “shock” manakala dalam realitanya gambaran mimpi yang selama ini tergambar dalam benaknya tidak berhasil mereka raih.

Menceritakan secara proporsional hal-hal yang “tidak enak” dalam mengejar kesuksesan akan membuat para audience/pembaca membentuk “antibodi kegagalan”. Antibodi ini diperlukan mengingat perjuangan untuk mendapatkan kesuksesan bisa jadi sebuah jalan yang sangat panjang dengan nafas yang harus diatur secara baik.

Antibodi kegagalan sendiri terepresentasi dalam dua modal terbesar. Pertama adalah “keyakinan”. Kita harus yakin bahwa apa yang sedang kita lakukan ini memang sesuatu yang benar, dan kita berada pada jalan yang benar untuk mewujudkannya. Modal ini harus kuat-kuat kita miliki, mengingat di pertengahan jalan nanti, akan banyak orang atau pihak-pihak yang berusaha menggugurkan keyakinan kita. Mereka bahkan secara “sukarela” memberikan data dan fakta bahwa kita harus menyerah dan berhenti sampai di sini sebelum kesuksesan itu kita raih. Makanya, untuk menjadi sukses, yang pertama diyakinkan adalah kita sendiri, kalau pun kita harus sendirian dengan keyakinan tersebut, tidak mengapa. Sebab keyakinan tersebut yang akan menjadi bahan bakar kita untuk terus bergerak.

Antibodi kegagalan kedua adalah sabar. Dengan kesabaran, segala hal-hal yang “tidak enak” seperti disebutkan di atas lebih mungkin kita lalui dengan baik. Jalan panjang menuju kesuksesan adalah jalan yang tidak diperuntukkan untuk mereka yang ingin cepat mendapat hasil. Kesuksesan butuh proses. Seperti kita menanak nasi. Kalau pun panasnya kita tambah 2 atau 3 kalinya, tidak akan membuat nasi cepat masak. Salah-salah malah, nasi gosong yang kita dapat.

Ketahanan dalam menghadapi tidak enaknya gagal, hasil yang tidak seperti diharapkan, dll akan membuat kita bisa terus berjalan menuju kesuksesan. Kadang memang rasa sakit harus kita rasakan sebagai “harga” dari kesuksesan. Kadang pula kepahitan harus kita alami sebagai pondasi yang kokoh bagi kesuksesan. Soichiro Honda sendiri mengatakan, betapa orang-orang hanya senang membicarakan 1% kehidupannya (saat dia sukses), dan jarang membicarakan 99% kehidupannya (saat-saat dia gagal).

Kesabaran dalam menuju kesuksesan dengan berpegang pada keyakinan akan membuat kita lebih “mungkin” menuai kesuksesan. Mengapa dikatakan “lebih mungkin”? Sebab bagaimana pun, kesuksesan adalah hasil. Ia adalah hak Allah SWT untuk diberikan pada siapa yang dikehendakinya di dunia ini. Tugas kita hanyak bekerja, berusaha, berdo’a, dan bertawakal terhadap segala yang sudah kita lakukan. Masalah hasil itu adalah wilayah Allah SWt sebagai pemilik kita dan alam ini. Jadi memang setelah usaha keras yang kita lakukan, belum tentu kesuksesan itu kita raih, setidaknya di dunia ini.

Namun kabar gembiranya adalah, bahwa Allah Maha Adil dan memiliki serangkaian sunnatullah yang berlaku di alam ini. Buat mereka yang sudah memberikan effort terbaiknya, dan dikuatkan dengan niat yang ikhlas dan jalan yang tidak menyimpang dari aturan Allah SWT, maka pertolongannya akan turun dan membantu kita dari arah yang tidak pernah kita sangka sebelumnya. Sehingga kita akan berkomentar “hal ini tidak kita perkirakan sebelumnya”, atau “saya tidak menduga mimpi ini bisa berhasil”, dll. (jangan lupa menambahkan alhamdulillah di depannya sebagai wujud “tahu diri” kita atas semua pertolongan Allah SWT).

Dan terakhir, kalau pun memang benar-benar mimpi-mimpi kita tidak terlaksana di dunia ini, kita harus yakin bahwa Allah tidak menyia-nyiakan semua yang sudah kita lakukan. PASTI, Allah swt ganti dengan yang lebih baik di akhirat. Atau sebenarnya, kalau kita mau “melek” sedikit, mungkin mimpi kita yang tidak terlaksana itu, sudah Allah ganti dengan sesuatu yang jauh lebih baik. Hanya saja dibutuhkan sedikit kecerdasan mata hati untuk bisa membacanya…

Selamat berjuang meraih kesuksesan!

Tetaplah berjuang menggapainya…

Betapapun lambatnya perjalanan kita, atau panjangnya jalan yang harus ditempuh, TETAPLAH BERJALAN, sebab kesuksesan adalah komitmen kita terhadap tujuan akhir.

Semoga Allah SWT meridhai semua langkah kehidupan kita…

Amiiin…